Minggu, 26 Februari 2017

ILMU PADI

Bismillahirrohmanirrohim.
Manusia diperintahkan untuk selalu belajar. Tidak hanya bagi mereka yang masih kecil tetapi siapapun yang masih mampu untuk bernafas, maka ia tetap diperintahkan untuk belajar semampu yang mereka bisa. Manusia dibekali oleh Allah hati dan pikiran sehingga ia mampu mengambil pelajaran dari ayat-ayat kauniahnya Allah yang terbentang sangat luas di alam semesta ini.
Orang tua ataupun guru kita tentunya pernah mengatakan, “Nak, jadilah seperti padi yang semakin ia berisi semakin merunduk.” Perumpamaan yang sangat terkenal ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap rendah hati, terlebih bagi mereka yang sudah pintar, kaya ataupun memiliki kedudukan yang tinggi. Anak-anak tingkatan sekolah dasarpun sudah banyak yang mengetahuinya. Bagi kita yang sudah remaja, dewasa atau bahkan sudah menjadi orang yang dituakan, mestinya pemahaman dan penerapannya lebih bagus lagi jika dibanding dengan  mereka yang masih anak-anak. Bukankah kita sudah lebih lama hidup, sehingga lebih banyak merasakan manis, pahit dan getirnya kehidupan.
Jika melihat realita saat ini, banyak fenomena yang cukup memprihatinkan. Diantaranya: orang yang pintar, orang yang kaya, atau yang punya kedudukan atau orang yang punya kehormatan dalam pandangan masyarakat, mereka terkadang lupa bahwa dia itu adalah “manusia”. Sehebat apapun manusia, pasti mempunyai kekurangan atau pernah melakukan suatu kesalahan. Mereka melupakan siapa dirinya, disebabkan karena terbius dengan “tepuk tangan” dan pujian dari orang lain, sehingga tanpa disadari dia “menepuk dadanya sendiri.”
Bukankah kita pernah diajari oleh ilmu tanaman padi, untuk senantiasa bersikap rendah hati? Perlu kita pahami, bahwa rendah hati bukan sesuatu yang miskin akan makna. Siap menerima kritikan, masukan ataupun teguran juga termasuk bagian darinya. Meskipun itu semua datangnya dari anak kecil sekalipun. Jika itu baik, maka ambillah dan berterimakasihlah kepadanya. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama untuk belajar menjadi manusia yang senantiasa “berpijak pada bumi.” Belajar untuk tidak sombong, tidak egois, siap menerima nasihat bahkan kritikan, dan tidak terhanyut dalam pujian orang lain.
Wallohu a’lam.