Rabu, 06 September 2017

MELANGIT DAN MEMBUMI


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Melangit dan membumi, dua istilah yang oleh sebagian orang sudah akrab di telinganya, namun oleh sebagian yang lain menganggapnya asing. Di tulisan ini penulis akan sedikit menyinggung hal kecil yang mungkin kita lupakan.

Istilah melangit sering dipakai untuk menunjukkan idealisme, cita-cita, harapan, keinginan, atau azam. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting dan harus ada dalam diri manusia. Bahkan semenjak masih sekolah dasar, kita sudah mulai ditanamkan dengan sebuah pepatah, “Gantunglah cita-citamu setinggi langit”. Maksudnya adalah dengan cita-cita yang melangit diharapkan orang tersebut memiliki daya juang tinggi untuk bisa menggapainya. Namun perlu diingat baik-baik, banyak orang yang cita-citanya melangit tetapi dia tidak “membumi”. Akibatnya, dia seolah-olah terjerat dan terbelenggu oleh keinginannya sendiri.

Istilah membumi biasa digunakan untuk menyampaikan sebuah aktifitas konkret sebagai perwujudan dari sikap memahami realita atau kenyataan yang ada. Suka tidak suka, mau tidak mau, kita hidup di kehidupan nyata. Yang mana sering kali antara teori dan kenyataan itu berbeda. Kemudian yang jadi persoalan selanjutnya, banyak orang yang bercita-cita tinggi atau memiliki idealisme yang luar biasa, tetapi dia sendiri tidak mau mempraktikannya atau tidak mau melihat dan menerima kenyataan yang ada. Dia ingin seperti yang diimpikan, tetapi enggan untuk bergerak. Dia seakan tak sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa, yang perlu berjuang setahap demi setahap untuk meraih yang diinginkannya.

Cita-cita yang melangit dan aktifitas yang membumi, hendaknya tidak ada kepincangan diantara keduanya. Sehingga mampu menjadi manusia yang berpandangan jauh ke depan, tapi tetap mau berpijak.

Wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar