Bismillahirrohmaanirrohiim.
Melangit dan
membumi, dua istilah yang oleh sebagian orang sudah akrab di telinganya, namun oleh
sebagian yang lain menganggapnya asing. Di tulisan ini penulis akan sedikit
menyinggung hal kecil yang mungkin kita lupakan.
Istilah melangit
sering dipakai untuk menunjukkan idealisme, cita-cita, harapan, keinginan, atau
azam. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting dan harus ada dalam diri
manusia. Bahkan semenjak masih sekolah dasar, kita sudah mulai ditanamkan
dengan sebuah pepatah, “Gantunglah cita-citamu setinggi langit”. Maksudnya adalah
dengan cita-cita yang melangit diharapkan orang tersebut memiliki daya juang
tinggi untuk bisa menggapainya. Namun perlu diingat baik-baik, banyak orang
yang cita-citanya melangit tetapi dia tidak “membumi”. Akibatnya, dia
seolah-olah terjerat dan terbelenggu oleh keinginannya sendiri.
Istilah membumi
biasa digunakan untuk menyampaikan sebuah aktifitas konkret sebagai perwujudan
dari sikap memahami realita atau kenyataan yang ada. Suka tidak suka, mau tidak
mau, kita hidup di kehidupan nyata. Yang mana sering kali antara teori dan kenyataan
itu berbeda. Kemudian yang jadi persoalan selanjutnya, banyak orang yang
bercita-cita tinggi atau memiliki idealisme yang luar biasa, tetapi dia sendiri
tidak mau mempraktikannya atau tidak mau melihat dan menerima kenyataan yang
ada. Dia ingin seperti yang diimpikan, tetapi enggan untuk bergerak. Dia seakan
tak sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa, yang perlu berjuang setahap demi
setahap untuk meraih yang diinginkannya.
Cita-cita
yang melangit dan aktifitas yang membumi, hendaknya tidak ada kepincangan
diantara keduanya. Sehingga mampu menjadi manusia yang berpandangan jauh ke
depan, tapi tetap mau berpijak.
Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar