Senin, 18 Juni 2018

ANTARA TANGIS DAN TAWA


Bismillahirrohmaanirrohiim

Dalam hidup, dua hal ini tak bisa lepas dari kehidupan manusia, sudah menjadi sunnatullah dan ketetapan Allah yang tak bisa dipungkiri keberadaannya. Keduanya merupakan bagian dari sisi kemanusiaan yang Allah karuniakan kepada umat manusia. Tangis ibarat air hujan yang mampu membasahi dan menumbuhkan bumi, sedangkan tawa bagaikan bunga dan dedaunan yang tumbuh beraneka warna dan penuh keindahan. Manusia ketika menangis, kadang lupa saat dia tertawa. Begitu pula saat tertawa, sering kali lalai ketika ia menangis. Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu momen kebahagiaan bagi umat Islam. Namun apakah kebahagiaan tanpa batas yang dikehendaki Islam?

Bukankah kita pernah mendengar keterangan bahwa, langit, bumi bahkan para malaikat pada saat Bulan Ramadhan akan berakhir, mereka menangis. Mereka bersedih karena tahu bahwa bulan yang penuh keberkahan, bulan yang penuh kemuliaan, penuh dengan rahmat, penuh dengan maghfirah, akan meninggalkan manusia. Masjid-masjid tak seramai lagi pada saat bulan Ramadhan. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an mulai lirih terdengar oleh telinga. Kebiasaan berbagi mulai mengikis.

Sadarkah kita dengan semua ini! Sudahkah kita beribadah, berjuang, belajar dan berdoa dengan maksimal di Bulan Ramadhan yang telah meninggalkan kita tahun ini! Yakinkah kita, telah menjadi golongan orang-orang yang muttaqin, setelah kita melakukan ibadah puasa sebulan penuh! Yakinkah kita, telah mendapatkan ampunan atau maghfirah dari Allah setelah kita banyak melakukan amal shaleh!

Mari kita belajar. Belajar menjadi manusia yang mampu melihat dari sisi yang berbeda, sehingga kita mampu tertawa dan menangis dengan elegan dan bijak. Mampu memiliki keyakinan yang menghujam, namun tak mengurangi kesadaran bahwa kita adalah hamba Allah yang sangat membutuhkan pertolongan dan kasih sayang dari-Nya. Sehingga keyakinan kita tak mengurangi sikap bergantung dan pengharapan kita terhadap Sang Maha Kuasa.
Wallahu a’lam

“Selamat hari raya Idul Fitri 1439 H, mohon maaf lahir batin. Semoga kita kembali pada kesucian, diberikan sikap istiqomah dalam berbuat baik, dan masih diberi kesempatan untuk bertemu Bulan Suci Ramadhan yang akan datang. Aamiin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar