Manusia adalah makhluk
yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Manusia juga dinobatkan sebagai
“khalifatullah fil ard” atau wakil Allah di muka bumi. Allah juga telah
mengkaruniani hati dan pikiran yang di dalamnya memuat nurani dan potensi yang
sangat luar biasa. Jadi sangat tidak masuk akal apabila Allah menciptakan
manusia tanpa adanya tujuan penciptaan. Hal yang kita anggap sederhana atau
sepele saja ada tujuan penciptaannya, apalagi manusia.
Sebagai seorang muslim,
tentu sudah memahami bahwa tujuan Allah menciptakan manusia tidak lain adalah
untuk beribadah atau mengabdi kepada-Nya. Ibadah dalam artian yang luas, yaitu
segala aktifitas, bisa berupa hati, ucapan maupun perbuatan yang dilakukan
dengan niat untuk mencari rido Allah.
Manusia dengan segala
aktifitasnya, penulis gambarkan layaknya sebuah benda tiga dimensi, yang mana
benda tersebut bisa dilihat dari berbagai sisi. Namun jika dikelompokan secara
umum, ada dua subjek pandang besar. Yang pertama, pandangan dari Sang Pencipta.
Kemudian yang kedua, pandangan dari sesama manusia. Hal ini kadang kurang
diperhatikan oleh manusia, padahal merupakan sesuatu yang sangat mendasar.
Jika dikaitkan dengan
tujuan penciptaan manusia. Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah,
tetapi mengapa banyak manusia yang “beribadah” kepada sesama manusia? Ia
dipantau dan diawasi oleh Allah, tetapi mengapa banyak manusia yang hanya takut
kalau dipantau dan diawasi oleh manusia? Allah menilai pengabdian hamba-Nya, tetapi
mengapa banyak manusia yang menganggap penilaian yang haq itu dari sesama
manusia?
Beberapa pertanyaan di
atas bisa sebagai bahan refleksi diri. Apakah kita termasuk orang yang
orientasinya pandangan Allah atau pandangan sesama? Ini persoalan niat, persoalan
yang sangat penting. Bahkan bisa dikatakan bahwa niat adalah ruhnya amal. Jika
salah dalam niat, bisa berakibat fatal. Perjuangan, jerih payah, ataupun
pengorbanan yang kita curhkan bisa kosong tanpa makna, dan yang didapat hanya
“tepuk tangan” dari sesama. Naudubillah …
Pandangan baik dari
sesama memang dibutuhkan, tapi bukan menjadi tujuan.
Biarlah kejernihan hati
dan perbuatan yang akan memantulkan kemuliaan.
Wallohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar