Bismillahirrohmaanirrohiim.
Manusia dikaruniai hati, sebagai tempat bersemayamnya
keimanan, juga tempat berlabuhnya perasaan. Salah satunya adalah soal rasa. “Bahagia
melihat orang lain bahagia”, kalimat pendek yang mudah untuk diucapkan, tetapi
butuh pemahaman dan latihan untuk bisa melaksanakannya. Setiap hal baik
membutuhkan proses dan komitmen yang besar agar bisa benar-benar mendarah
daging “mbalung sungsum”. Kalau dalam bahasa agamanya, agar bisa menjadi sebuah
akhlakul karimah. Seseorang dikatakan telah memiliki akhlakul karimah atau
akhlak yang baik, ketika kebaikan-kebaikan bisa ia laksanakan secara spontan,
tanpa melakukan pertimbangan-pertimbangan dan proses berfikir yang panjang dan
rumit. Tetapi bukan berarti tidak pernah berfikir ketika akan berbuat baik,
karena dalam konteks tertentu perlu juga berfikir panjang dengan
mempertimbangkan segala konsekwensi positif negatifnya.
Setiap orang secara naluri ingin menjadi yang terbaik, ingin
menjadi pemenang, ingin hidup selamat, ingin hidup bahagia dan seabreg
harapan-harapan baik lainnya. Kompetisi adalah hal yang baik, bahkan dalam
agamapun diajarkan untuk berkompetisi dalam kebaikan atau “fastabiqul khairaat”.
Dengan adanya kompetisi, membuat seseorang menjadi semangat untuk belajar,
berlatih dan berjuang untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan yang
dicita-citakannya. Namun ada satu hal “PRINSIP” yang terkadang manusia terlena
dan lupa, sehingga memunculkan sifat yang tidak baik dalam dirinya, yaitu perasaan
“Senang melihat orang lain kalah dan sedih melihat orang lain menang”.
Secara kasat mata, dalam perlombaan atau kompetisi pasti ada
yang menang dan ada pula yang kalah. Tetapi tidak berarti, “Kita senang di atas
kesedihan orang lain atau bersedih di atas kesenangan orang lain”. Ini adalah
soal rasa, soal hati, dan perasaaan yang harus benar-benar dijaga dan
diluruskan. Hati harus dididik, dan diarahkan dengan baik. Ingatlah, nafsu yang singgah dalam diri manusia, yang apabila ia mendominasi
hati nurani, maka yang terjadi adalah memunculkan manusia-manusia yang seakan
berjalan tanpa melihat kanan kiri, yang penting dirinya senang.
Belajarlah terus untuk menjadi yang terbaik, tapi jangan
lupa belajar pula untuk terus menghargai dan menyayangi orang lain. Karena mereka
sama-sama manusia, sama seperti kita. Semoga Allah selalu membimbing dan
melunakkan hati kita dalam kebaikan-kebaikan.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus