Jumat, 02 November 2018

SOAL RASA

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Manusia dikaruniai hati, sebagai tempat bersemayamnya keimanan, juga tempat berlabuhnya perasaan. Salah satunya adalah soal rasa. “Bahagia melihat orang lain bahagia”, kalimat pendek yang mudah untuk diucapkan, tetapi butuh pemahaman dan latihan untuk bisa melaksanakannya. Setiap hal baik membutuhkan proses dan komitmen yang besar agar bisa benar-benar mendarah daging “mbalung sungsum”. Kalau dalam bahasa agamanya, agar bisa menjadi sebuah akhlakul karimah. Seseorang dikatakan telah memiliki akhlakul karimah atau akhlak yang baik, ketika kebaikan-kebaikan bisa ia laksanakan secara spontan, tanpa melakukan pertimbangan-pertimbangan dan proses berfikir yang panjang dan rumit. Tetapi bukan berarti tidak pernah berfikir ketika akan berbuat baik, karena dalam konteks tertentu perlu juga berfikir panjang dengan mempertimbangkan segala konsekwensi positif negatifnya.

Setiap orang secara naluri ingin menjadi yang terbaik, ingin menjadi pemenang, ingin hidup selamat, ingin hidup bahagia dan seabreg harapan-harapan baik lainnya. Kompetisi adalah hal yang baik, bahkan dalam agamapun diajarkan untuk berkompetisi dalam kebaikan atau “fastabiqul khairaat”. Dengan adanya kompetisi, membuat seseorang menjadi semangat untuk belajar, berlatih dan berjuang untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan yang dicita-citakannya. Namun ada satu hal “PRINSIP” yang terkadang manusia terlena dan lupa, sehingga memunculkan sifat yang tidak baik dalam dirinya, yaitu perasaan “Senang melihat orang lain kalah dan sedih melihat orang lain menang”.

Secara kasat mata, dalam perlombaan atau kompetisi pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah. Tetapi tidak berarti, “Kita senang di atas kesedihan orang lain atau bersedih di atas kesenangan orang lain”. Ini adalah soal rasa, soal hati, dan perasaaan yang harus benar-benar dijaga dan diluruskan. Hati harus dididik, dan diarahkan dengan baik. Ingatlah, nafsu yang singgah dalam diri manusia, yang apabila ia mendominasi hati nurani, maka yang terjadi adalah memunculkan manusia-manusia yang seakan berjalan tanpa melihat kanan kiri, yang penting dirinya senang.

Belajarlah terus untuk menjadi yang terbaik, tapi jangan lupa belajar pula untuk terus menghargai dan menyayangi orang lain. Karena mereka sama-sama manusia, sama seperti kita. Semoga Allah selalu membimbing dan melunakkan hati kita dalam kebaikan-kebaikan.

Wallohu a’lam.

1 komentar: