Selasa, 05 September 2017

BERMENTAL KALAH ENGGAN MENGALAH


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Judul artikel ini terasa agak aneh, namun ini fenomena yang sering penulis temui dalam realita kehidupan. Sebagai contoh, saat melihat pertandingan sepak bola, sering kita temui pemain yang protes berlebihan, bahkan sampai memarahi wasit. Akibatnya hanya akan merugikan dirnya atau timnya sendiri. Tetapi (mohon maaf), jika melihat pertandingan sepak bola kelas dunia, walaupun sikap wasit seakan berat sebelah, namun mereka seolah-olah tetap menerimanya. Mereka menyiasati dengan cara berusaha bermain lebih baik lagi, lebih hati-hati dan meminimalisir kesalahan-kesalahan.
            
Dari contoh di atas, mari kita merefleksi diri dengan cara merenung sejenak, betapa banyak sikap-sikap yang tidak perlu kita lakukan, tetapi malah kita melaksanakannya, hanya gara-gara mengedepankan ego dan emosi. Sehingga penyesalan dan kerugian yang kita dapatkan. Bermental kalah dan mengalah adalah dua hal yang mempunyai makna dan nilai yang berbeda. Orang yang bermental kalah cenderung mudah putus asa, dan atau mudah termakan emosi tanpa mau berfikir panjang. Mereka sering kali lupa bahwa perilaku negatifnya ibarat menyulut api dalam tumpukan jerami.
           
Berbeda dengan sikap mengalah. Mengalah bukan berarti pasif atau pasrah tanpa melakukan usaha. Mengalah merupakan salah satu sikap seseorang yang memiliki jiwa besar. Mereka menerima kenyataan, namun tetap melakukan sesuatu yang lebih memberikan kemasalahatan untuk dirinya dan orang lain. Ibarat menangkap ikan, mereka mampu mengambil ikan-ikan itu tanpa membuat airnya keruh. Dalam masyarakat, menurut penulis tidak salah ketika ada ungkapan, “mengalah demi kemenangan” atau “mengalah untuk menang” atau “mengalah berarti menang”, jika kita mampu memaknainya dengan benar. Semoga jiwa kita selalu terdidik dan terdewasakan, sehingga mampu melihat dengan jelas apa yang harus kita lakukan.


Wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar