Sabtu, 23 September 2017

KAMU MILIKKU, AKU BUKAN MILIKMU KARENA AKU MILIKNYA

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Membaca judul di atas, beberapa pembaca ada yang “terjebak” dalam mindset umum. Terkesan egois, maunya menang sendiri dan tidak adil. Orang yang berprinsip seperti pada judul, mungkin kita terburu-buru mengatakan dan men “judge” orang tersebut adalah orang yang berkarakter buruk.
Sebagai manusia yang mulai tumbuh dewasa, apa lagi yang sudah dewasa, semestinya mau melihat dan memahami lebih mendalam, agar kita tidak salah dalam menilai seseorang atau menilai apa saja. Bukankah manusia itu diciptakan mempunyai dua mata, yang bisa kita analogikan agar manusia itu mau memandang lebih luas dan lebih tajam lagi.

Judul di atas merupakan salah satu prinsip yang Islam ajarkan kepada suami terhadap istrinya. “KAMU MILIKKU”, sebagai istri bukan lagi milik orang tuanya, melainkan telah menjadi milik suaminya. Sehingga surga istri ada pada rido suami. Sebagai suami, bukan berarti boleh bertindak sewenang-wenang. Justru dengan adanya tanggungjawab tersebut, suami harus lebih berhati-hati dalam memperlakukan istrinya. Suami yang baik juga tidak akan mungkin menghalang-halangi istrinya untuk bisa berbuat baik kepada orang tuanya. Justru suami akan menganggap bahwa orang tua istri seperti orang tuanya sendiri yang harus ia hormati dan diperlakukan sebaik-baiknya. Bukankah berkat jasa orang tuanya lah, suami bisa mendapatkan istri yang ia sayangi, ia cintai, dan ia jadikan separuh hati belahan jiwa !

“AKU BUKAN MILIKMU KARENA AKU MILIKNYA”, maksudnya adalah suami bukan milik istri, tetapi masih tetap menjadi milik kedua orang tuanya, khususnya ibu. Sebagai suami, walaupun cintanya sangat besar kepada istri dan anak-anaknya, jangan lupakan bahwa suami tetap menjadi milik ibu dan bapaknya. Surganya masih ada pada rido kedua orang tuanya. Sebagai istri yang baik, dia akan ikhas jika suami membagi sebagian hatinya kepada kedua orang tuanya, dan sebagiannya lagi untuk dirinya. Bukankah dengan membantu suami untuk berbakti kepada orang tuanya, membuat suami senang dan rido terhadap dirinya. Itu artinya, dengan jalan memudahkan suami meraih surganya, maka istri akan ikut mendapatkan surganya.

Pembaca yang semoga dirahmati Allah,
Menjadi suami yang solih, memang bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin terjamah. Begitu pula menjadi istri yang solihah, juga tidaklah gampang, tetapi tidak bermakna mustahil yang hanya ada dalam bayang.
Kuncinya adalah selalu belajar, belajar dan belajar. Diiringi dengan doa yang senantiasa dipanjatkan untuk meraih sakinah, mawaddah warrohmah, dalam bingkai rido Allah.
Wallohu a’lam


~ coretan kado pernikahan buat sahabat ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar