Bismillahirrohmanirrohim…
Hidup di zaman modern seperti sekarang ini, begitu banyak tuntutan, semakin ketat persaingan dan semakin merebak sikap individualitas manusia. Kondisi seperti itu ternyata ditambah dengan keinginan-keinginan semu yang membuatnya semakin tersiksa melakoni kehidupan ini. Sebagai contoh ketika melihat orang lain punya mobil, kita ingin memilikinya, ketika orang lain punya rumah megah kita ingin mendapatkannya, ketika orang lain punya pasangan yang sangat cantik kita ingin memilikinya, bahkan ketika orang lain jadi presiden kita ingin menjadi presiden.
Kenginan-keingiinan itu sebenarnya sah-sah saja asalkan kita tidak sampai terlarut dalam “kebahagiaan mimpi”. Memang manusia diciptakan memiliki potensi untuk selalu mendapatkan hal yang lebih baik, tetapi yang menjadii persoalan impian-impian itu tidak diimbangi dengan ikhtiar yang cukup, atau impian itu sebenarnya –menuurut kalkulasi manusia- tidak mungkin tercapai, sehingga bukan kebahagiann atau kehidupan yang lebih baik, melainkan penderitaan dan kesedihan yang ia dapat karena dirinya sendiri.
Ditambah lagi dengan kondisi manusia yang hakikatnya merupakan makhluk lemah, yang dalam artian ia tidak tahu menjadi apa satu tahun kedepan, sebulan kedepan, seminggu kedepan, bahkan sedetik kedepan. Ia tidak mengetahui kejadian yang hendak ia terima. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berharap hanya itu saja.
Dalam islam sebenarnya sudah diatur apa seharusnya yang manusia lakukan agar hidupnya kedepan selalu lebih baik, tetapi juga tidak sampai terlarut dalam kesedihan dan penderitaan. Allah adalah pemilik alam semesta, termasuk manusia. Namum manusia sendiri seringkali melupakan eksistensinya bahkan terkadang manusia sombong dengan apa yang telah dilakukannya. Manusia menyangka bahwa hasil yang ia peroleh mutlak dari usahanya, tanpa campur tangan Sang Pencipta.
Pandangan tersebut sangat keliru. Segala sesuatu terjadi pasti karena izin dari-Nya. Manusia diperintahkan untuk berusaha secara maksimal diiringi doa, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Konsep yang ditawarkan islam seperti itu, saya rasa sangat indah, karena mengingat keterbatasan kita sebagai manusia yang mana tidak bisa menentukan sebuah hasil. Setelah kita bisa menyandarkan semua keinginan-keinginan dan segudang harapan kepada Allah setelah kita berikhtiar sungguh-sungguh, selanjutnya kita harus meyakini bahwa apapun yang terjadi, entah baik atau buruk –dalam penilaian manusia- tetapi itu semua pasti terbaik bagi kita, karena Allahlah yang menciptakan kita sehingga Allahlah yang paling tahu tentang apa yang terbaiki untuk ciptaan-Nya.
Tulisan singkat ini sebenarnya ingin mengingatkan kembali kita semua bahwa manusia sering lupa, ia menyandarkan hasil dan harapannya kepada selain Allah, sehingga itu sama arinya dengan bergantung pada sesuatu yang lapuk, yang tidak memungkinkan untuk bisa menopang beban lagi, bahkan menopang bebannya sendiri saja mungkin juga sudah kewalahan. Oleh karena itu, sebagai manusia yang mana sebagai makhluk, hendaknya kita hanya menyerahkan hasil dan harapan kita kepada Sang Khalik, Ia yang Maha Kuat dan Maha Penyayang, yang tak mungkin mengecewakan hamba-hamba-Nya yang mau bergantung kepada-Nya.
Wallohua’lam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar