Waktu masih kecil dulu kita pasti pernah mencoba-coba menggunakan pakaian ayah atau ibu kita. Pada saat kita memakainya kita tertawa sendiri, begitu juga bagi orang yang melihatnya. Apalagi kalau baju yang kita pakai ukurannya ekstra besar yang hampir menutup semua tubuh kita laksana tertelan oleh baju sang ayah atau ibu.
Jika anak kecil yang memakainya hanya akan mengundang tawa saja. Tetapi jika yang mengenakannya orang dewasa yang sudah bisa berfikir, berakal, dan bisa menempatkan ko ia menggunakan baju yang sangat-sangat besar, maka yang terjadi tidak hanya mengundang tawa, tetapi orang lain akan mengira orang tersebut adalah orang aneh, atau orang yang tidak bisa menempatkan.
Tentu kita sepakat bahwa jika orang dewasa yang melakukan hal tersebut adalah hal yang tidak pantas, aneh dan memalukan jika dilihat. Tetapi pernahkah kita berfikir jangan-jangan kita pernah melakukannya atau bahkan sering melakukannya dalam konteks yang berbeda. Dalam surah Al Fatihah yang setiap hari kita baca, sekurang-kurangnya 17 kali dalam shalat sehari semalam, ada yang memiliki arti “segala puji bagi Allah tuhan semesta alam.”
Yang namanya pujian itu hakikatnya adalah milik Allah. Kita bisa melakukan sesuatu yang luar biasa itu juga atas seizin Allah. Mungkin kita bertanya-tanya buktinya apa? Silahkan jawab dalam hati dengan jujur pertanyaan dibawah ini.
Siapa yang memberi kita hidup?
Siapa yang menjamin rezeki kita?
Siapa yang memberi kita kekuatan dan kesempatan?
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang semuanya ternyata bermuara pada Allah Dzat Yang Maha Kuasa.
Manusia memang sering lupa diri. Banyak dari kita yang senang dipuji. Mukin masih wajar kalau untuk anak kecil, bahwa pujian menjadi motivasinya untuk melakukan sesuatu. Namun jika sudah dewasa akan terlihat lucu, aneh dan tidak sesuai jika motivasi kita hanya agar dapat pujian. Karena kita sudah bisa berfikir dan menempatkan. Pujian itu milik Allah, jadi kita tidak boleh merebut hak Nya. Andaikan ada orang yang memuji kita, kembalikan pujian itu kepada Allah dengan mengucapkan alhamdulillah (segala puji bagi Allah), diikuti dengan kesadaran bahwa pujian yang kami terima adalah untuk Allah bukan untuk saya. Saya hanya ketitipan saja. Sebagai manusia harus banyak merenung, seberapa banyak dosa kita. Dan pantaskah kita mendapatkannya. Semoga kita diberi kekuatan untuk senantiasa ingat, bersandar dan bersyukur kepada Nya. Aamiin
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar