Senin, 10 Oktober 2016

ANTARA KEIKHLASAN DAN TAHU TERIMAKASIH

Bismillahirrohmanirrohim,
Siapa sih yang ga pernah memberi, atau menerima? Semua orang pasti pernah mengalaminya. Seperti apa rasanya memberi dan seperti apa rasanya menerima atau diberi? Dua hal tersebut merupakan suatu keniscayaan karena kita adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri.
Antara memberi dan menerima ada sesuatu yang harus kita ketahui dan kita laksanakan. Jika kita bisa melaksanakannya, maka kedua hal tersebut bisa banyak memberikan kebaikan, ketenangan dan kemanfaatan baik di dunia maupun di akhirat.
Bagi pihak yang memberi, ia harus melakukannya karena dasar keikhlasan. Bukan karena pamrih atau mengharapkan imbalan. Ia harusnya sudah cukup merasa senang jika bisa berbagi. Kemudian bagi pihak yang menerima, ia semestinya tidak hanya mengucapkan terimakasih atau merasa senang saja. Karena manusia mempunyai hati, yang mana ia bisa merasakan “apa yang harus saya lakukan? Saya merasa kasihan dengan orang yang telah memberikan kasihnya kepada kita, dan sebagainya.”
Ketika kita berada di pihak yang diberi, kita sebenarnya juga sedang belajar seperti apa rasanya diberi, dan kita termotivasi ingin memberi agar tahu juga seperti apa rasanya bisa memberi. Dan setelah diresapi ternyata meskipun memberi itu lebih sulit dan lebih berat, tetapi rasanya lebih bahagia dan lebih menenangkan hati.
Jika kita bawa dalam konteks hubungan orang tua dan anak, perlu juga kita merenungkannya. Orang tua kita dari kita masih dalam kandungan, beliau selalu memberi, memberi dan memberi dalam segala hal dan sisi kehidupan kita. Namun setelah anak dewasa, dan anak sudah mampu untuk memberi kepada orang tua, kadang kala anak lupa. Lupa untuk “berterimakasih” atau tahu terimakasih kepada ibu bapaknya.
Kami yakin, hampir semua orang tua dalam “memberi” kepada anak, itu tak kenal usia, karena kasih sayangnya sepanjang waktu. Tetapi bagi anak, semestinya terbuka mata hatinya sehingga mampu melihat betapa besarnya kasih sayang dan jasa-jasa ibu bapak kita. Sehingga sangat tidak mungkin jika ia melupakan atau mengacuhkan kedua orang tuanya. Si anak yang terbuka hatinya akan senantiasa memberi, memberi dan memberi sebisa dan semampu dia, sebagai bentuk ucapan terimakasih yang tak akan mungkin terlunasi sampai kapanpun.
Wallahu a’lam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar