Minggu, 12 Maret 2017

BUDAYA MALU

Bismillahirrohmanirrohim.
Dahulu negeri Indonesia tercinta ini terkenal dengan masyarakatnya yang santun dan saling menghormati satu sama lain. Seiring berjalannya waktu dan bergulirnya zaman, tampaknya sikap luhur tersebut mulai luntur. Begitu juga dengan sikap malu ketika berbuat buruk. Banyak kita temui dari kelas bawah sampai kelas atas, mereka seakan-akan tidak merasakan apa-apa padahal mereka telah melakukan suatu perbuatan yang tidak baik. Bahkan yang mengerikannya lagi, mereka dengan terang-terangan melakukan perbuatan buruk tersebut. Kadang saya pribadi berfikir, “Kok bisa ya manusia seperti itu? Bukankah setiap manusia telah dibekali rasa malu oleh Allah”.
Jika kita mau merenungkannya lebih dalam, sebanarnya manusia telah dimodali oleh Allah dengan sesuatu yang sangat luar biasa, diantaranya adalah rasa malu. Namun banyak dari kita yang kurang menyadarinya. Sehingga seolah-olah kita selalu mengizinkan “kondisi zaman saat ini” untuk “menghapus rasa malu” yang ada dalam diri manusia.
Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya ada orang yang mengatakan dengan bangganya bahwa dirinya telah melakukan ini itu, padahal yang ia lakukan adalah sesuatu yang tidak baik. Atau ada juga anak sekolah yang dengan santainya mencontek sana sini ketika ulangan berlangsung, padahal sudah diperingatkan dan diawasi oleh gurunya, dan sebagainya.
Sikap malu, memang dibagi menjadi dua. Malu jika berbuat buruk dan malu jika berbuat baik. Malu ketika berbuat buruk harus senantiasa kita pupuk dan kita jaga dalam diri kita. Sedangkan malu ketika berbuat baik, seharusnya sedikit demi sedikit kita kurangi. Karena berbuat baik adalah tugas kita sebagai hamba Allah dan juga sebagai khalifah di muka bumi. Semoga kita semua diberi hidayah dan kekuatan sehingga kita mampu berbuat sesuai dengan rido-Nya. Aamiin.
Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar