Ketika masih anak-anak, rasanya senang sekali ketika mendapatkan koin yang berupa uang recehan. Meski jumlahnya tak seberapa, tetapi yang terpenting sudah bisa buat beli jajan. Sekarang, meskipun zaman telah berubah, keberadaan uang recehan tetap masih ada. Ada satu hal yang ingin saya sampaikan untuk bahan renungan kita bersama.
Setiap koin memiliki dua sisi yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dua sisi tersebut ibarat satu paket yang tak bisa kita ambil salah satunya. Jika kita memaksakan diri untuk mengambil satu bagian saja, maka satu bagian yang lainya secara otomatis akan ikut terbawa. Apabila kita mau mencermati hal ini, ada sesuatu yang bisa dianalogikan dengan koin. Koin yang pertama adalah “koin kebaikan”, sedangkan koin yang kedua adalah “koin keburukan”.
Koin kebaikan memiliki dua sisi. Sisi yang satu berisi tentang sesuatu yang tidak mengenakan. Sedangkan sisi yang satunya lagi adalah kebahagiaan hakiki. Sesuatu yang tidak mengenakan itu berupa perjuangan dan pengorbanan. Kemudian kebahagiaan hakiki adalah konsekuensi karena seseorang telah melakukan perjuangan dan pengorbanan. Wujudnya bisa berupa ketenangan batin, kedamaian hidup, merasa cukup dan tercukupinya segala kebutuhan hidup, mendapat keselamatan dunia akhirat, serta mendapatkan rido dari-Nya.
Selanjutnya, koin keburukan juga mempunyai dua sisi. Sisi yang pertama berupa kesenangan sesasat dan menipu, karena seseorang telah memperturutkan hawa nafsunya. Sedangkan sisi yang kedua adalah bisa berupa penyesalan yang mendalam, batin yang tidak merasakan ketenangan, dijauhkan dari keberuntungan dan keberkahan hidup. Kemudian yang paling mengerikannya lagi adalah celaka berkepanjangan di dunia dan di akhirat serta tidak mendapatkan rido dari Allah tuhan semesta alam.
Setelah kita mengetahui bahwa perbutan baik dan buruk masing-masing ada konsekuensinya, kemudian kita kembalikan pada diri kita masing-masing. Kita dibekali oleh Allah otak yang mampu menimbang-nimbang dan memilih sesuatu yang lebih menguntungkan untuk kita. Apakah memilih susah sesasat tetapi bahagia berkepanjangan, atau senang sesasat tetapi merugi berkepanjangan? Semoga Allah menguatkan kita, sehingga senantiasa mau memegang teguh komitmen untuk berusaha terus berbuat baik.
Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar