Bismillahirrohmanirrohiim….
Mata merupakan salah satu karunia terbesar yang Allah titipkan kepada manusia. Setiap manusia tidak ada yang menciptakannya sendiri, Allah lah yang tanpa diminta sudah memberikannya kepada manusia untuk mampu melihat ciptaan-ciptaan-Nya. Andaikan mata kita ditukar dengan gunung emas sekalipun, kita pasti tidak mau memberikannya. Ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa nikmat Allah yang diberikan kepada manusia sangat luar biasa nilainya, itu baru mata belum lagi nikmat-nikmat yang lainnya.
Dunia dengan segala macam pernak-pernik perhiasannya yang begitu menawan, hanya bisa dinikmati jika kita mampu melihatnya. Seperti pemandangan di pegunungan yang sangat indah, pemandangan di pantai ketika matahari terbit maupun tenggelam, dan sebagainya. Begitu pula sebaliknya, sesuatu yang buruk juga bisa dilihat melalui mata, seperti lingkungan yang kotor dan berantakan membuat tidak enak dilihat, selokan air yang tergenang terlihat airnya sampai berwarna hijau bahkan mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan lain sebagainya.
Satu hal kecil yang menurut saya cukup unik untuk dijadikan sebuah renungan yaitu terkait dengan remaja. Dunia remaja adalah dunia mencari jati diri, mereka banyak menggunakan matanya untuk melihat-lihat –observasi- berbagai macam pekerjaan yang ideal dan cocok untuk dirinya, melihat-lihat rumah megah agar kelak sudah ada gambaran rumah seperti apa yang akan dibangunnya ketika sudah dewasa. Begitu juga terkait dengan jodoh, bagi laki-llaki maupun perempuan seringkali dan bahkan tanpa disadari mereka senang dan suka melihat-lihat laku-laki yang tampan –bagi perempuan-, dan lperempuan yang cantik –bagi laki laki-. Itu semua dilakukan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka mencari-cari pasangan ideal yang ia harapkan hadir dan ia dapatkan dikemudian hari.
Namun ada satu hal penting yang sering dilupakkan remaja, yaitu mereka hanya kagum ketika melihat wanita cantik atau pria yang tampan, dan ia berhenti pada pandangannya seperti itu. ia lupa bahwa ada Dzat yang menciptakannya. Ia terlalu mengagung-agungkan dan memujinya kepada yang ia anggap sempurna, padahal hakikatnya itu semua adalah pemberian dari Allah, bukan semata-mata ia ciptakan tubuhnya sendiri. Mestinya kita mulai menyadarinya, bahwa satu-satunya pemilik pujian adalah Allah. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah juga berhak dan mampu membuat yang baik menjadi buruk, begitu juga sebaliknya yang buruk menjadi baik.
Boleh-boleh saja mengagumi ciptaan Allah, asalkan diikuti dengan kesadaran bahwa pujian dan kekagumannya disandarkan kepada kemaha Kuasaan Allah, bukan pada makhluknya. Oleh karena itu dalam Islam ada konsep yang sangat indah, misalkan seorang muslim melihat sesuatu yang menakjubkan agar mengucap subhanalloh, ketika melihat sesuatu yang buruk mengucapkan masyaallah, kemudian ketika mendapat pujian dari orang lain, yang harus diucapkan adalah alhamdullilah, ia mengembalikan pujian itu kepada Allah. Ketiga contoh tersebut merupakan sebagian kecil contoh bahwa semuanya pasti ada kaitannya dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu, sebagai manusia yang masih diberi kesempatan hidup di dunia ini, semestinya kita tidak hanya melihat tetapi tidak melihat. Kita harus bisa melihat hakikat dari sesuatu yang kita lihat. Ada Allah yang menciptakannya, memeliharanya dan Dia mampu menciptakan yang lebih baik atau pun lebih buruk dari yang kita lihat. Sehingga bagi orang yang beriman dan menginginkan sesuatu yang indah maupun yang baik, hendaknya jangan tinggalkan Allah, jangan membangkang dengan perintah-perintah-Nya. Bukankah kita hidup dibuminya Allah dan kita menggunakan segala fasilitasnya –termasuk udara-. Jadi sangat tidak sopan manakala manusia menginginkan yang baik tetapi mereka tidak mau berbuat baik kepada yang memberikan kebaikan tersebut.
Semoga kita dijauhkan dan dijaga dari hal-hal yang tidak baik, kemudian kita diberikan kekuatan dan kemampuan agar bisa melihat dan bisa menyadari hakikat dari sesuatu yang kita lihat, sehingga kita tidak termasuk orang yang melihat tapi tak melihat.
Wallohua’lam